أما قولـه يجوز النظر إلى وجهها وكفها، فاعلم أنه على ثلاثة أقسام لأنه إما أن لا يكون فيه
غرض ولا فيه فتنة، وإما أن يكون فيه فتنة ولا غرض فيه، وإما أن يكون فيه فتنة وغرض أما القسم الأول: فاعلم أنه لا يجوز أن يتعمد النظر إلى وجه الأجنبية لغير غرض وإن وقع بصره عليها بغتة يغض بصره، لقولـه تعالى: {قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا۴ مِنْ أَبْصَـٰرِهِمْ} وقيل يجوز مرة واحدة إذا لم يكن محل فتنة، وبه قال أبو حنيفة رحمه اللـه ولا يجوز أن يكرر النظر إليها لقولـه تعالى: {إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۵لَـٰۤﯩـِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوڕ} (الإسراء: 36) ولقولـه عليه السلام: «يا علي لا تتبع النظرة النظرة فإن لك الأولى وليست لك الآخرة» وعن جابر قال: «سألت رسول اللـه صلى اللـه عليه وسلّم عن نظر الفجأة فأمرني أن أصرف بصري»
Adapun perkataan Kyai Mushannif atas bolehnya melihat kepada wajah dan telapak tangan perempuan. Ketahuilah bahwa semua itu dengan 3 syarat :
1. Tidak ada keinginan atau hajat dan tidak ada fitnah 2. Ada fitnah tapi tidak ada keinginan
3. Ada fitnah dan ada keinginan
Adapun pembagian pertama maksudnya ialah:
Tidak boleh melihat wajah yang bukan muhrim dengan sengaja karena tidak ada keinginan, jika tiba-tiba melihatnya atau tidak sengaja maka pejamkan atau palingkan penglihatannya. Karena Allah berfirman “قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّو مِنْ أَبْصَـٰرِهِمْ”.
Ada yang mengatakan bahwa boleh melihatnya boleh pada saat pertama saja jika tidak menimbulkan fitnah. Imam abu hanifah berkata : melihat wanita dengan mengulang-ngulang hukumya tidak boleh
والصح أن الذمية لا يجوز لها النظر إلى بدن المسلمة لأنها أجنبية في الدين والله تعالى يقول {أو نسائهن} أما عورة المرأة مع الرجل فإن كانت أجنبية حرة فجيمع بدنها عورة لا يجوز له أن ينظر إلى شيء منها إلا الوجه والكفين لأنها تحتاج إلى إبراز الوجه للبيع والشراء وإلى إخراج الكف للأخذ والإعطاء.
Adapun pendapat yang sah bahwasanya kafir dzimmi tidak boleh melihat tubuh muslimah yang lain karena dia beda dalam hal agama. Allah Subhanahuu wata’alaa berfirman (أو نسائهن).
Adapun auratnya perempuan ketika bersama dengan laki-laki yang bukan muhrimnya ialah seluruh tubuhnya, maka laki-laki itu tidak boleh melihat sesuatupun dari perempuan kecuali wajah dan kedua telapak tangan karena dia (perempuan) menampakkan wajah untuk jual beli dan mengeluarkan tangan untuk mengambil dan memberi.
قال الفقهاء: العورات على أربعة أقسام: عورة الرجل مع الرجل, وعورة المرأة مع المرأة, وعورة المرأة مع الرجل, وبالعكس.
أما الرجل مع الرجل فيجوز أن ينظر غلى جميع بدنه إلا إلى عورته, وعورته ما بين السرة والركبة, والسرة والركبة ليستا بعورة.
وعند أبي حنيفة: الركبة عورة.
Para fuqaha’ berkata : aurat terbagi menjadi empat :
- Aurat laki-laki bersama laki-laki lain
- Aurat perempuan bersama perempuan lain
- Aurat perempuan bersama laki-laki
- Aurat laki-bersama perempuan
(ibid, hal. 178)
adapun laki-laki bersama laki-lai lain boleh melihat seluruh anggota tubuhnya kecuali pada auratnya yaitu antara pusar dan lutut, adapun pusar dan lutut bukan aurat. Akan tetapi menurut imam Abu Hanifah : Lutut adalah aurat.
قال مالك: الفخذ ليست بعورة وهو خلاف ما روي أنه صلى الله عليه وسلم قال لعلي: "لا تبرز فخذك ولا تنظر إلى فخذ حي وميت."فإن كان في نظره إلى وجه الرجل أو سائر بدنه شهوة أو خوف فتنة بأن كان أمرد لا يحل النظر إليه
Imam malik berkata : Paha bukan merupakan aurat, akan tetapi itu bertentangan dengan hadits nabi : “jangan tampakkan pahamu, dan jangan melihat pahanya orang hidup dan pahanya orang yang sudah mati”, jika melihat wajah laki-laki lain atau sebagian anggota tubuhnya dengan penuh syahwat, atau takut menimbulkan fitnah, maka melihatnya tidak boleh dengan syarat laki-laki yang dilihat atau yang melihat adalah “أمرد” atau anak muda yang belum tumbuh jenggotnya........