السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Sabtu, 23 April 2011

Pendapat Ulama' tentang ayat terakhir

Berikut ini adalah beberapa perbedaan tentang ayat yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW. Semoga Bermanfaat
 
حدثنا أبو كريب، قال: ثنا وكيع، عن عليّ بن مبارك، عن يحيى بن أبي كثير،
Diceritakan dari abu karib, dia berkata : bercerita padaku siapa waki’ dari ali ibn mubarak dari yahya ibn aby katsir

 قال: سألت أبا سلمة عن أوّل ما نزل من القرآن، قال: نزلت يا أيُّها المُدَّثِّرُ أوّل
Dia berkata : saya bertanya pada aba salamah tentang ayat yang pertama turun, kemudian dia menjawab : ayat يا أيُّها المُدَّثِّرُ merupakan ayat yang pertama turun.

 قال: قلت: إنهم يقولون اقْرأ باسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ، فقال: سألت جابر بن عبد الله،
Kemudian saya berkata pada pada abu salamah, mereka mengatakan bahwa ayat yang pertama adalah اقْرأ باسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ. Kemudian dia berkata : saya telah bertanya pada Jabir bin abdullah

فقال: لا أحدّثك إلا ما حدثنا رسول الله صلى الله عليه وسلّم قال: «جاوَرْتُ بِحِرَاءً
Dia berkata : saya tidak akan menceritakan sesuatu kecuali rasululllah telah bercerita kepada kami. Rasulullah SAW bersabda : saya menyendiri di Gua Hira’

Aurat Laki-Laki dan Perempuan

أما قولـه يجوز النظر إلى وجهها وكفها، فاعلم أنه على ثلاثة أقسام لأنه إما أن لا يكون فيه
 غرض ولا فيه فتنة، وإما أن يكون فيه فتنة ولا غرض فيه، وإما أن يكون فيه فتنة وغرض أما القسم الأول: فاعلم أنه لا يجوز أن يتعمد النظر إلى وجه الأجنبية لغير غرض وإن وقع بصره عليها بغتة يغض بصره، لقولـه تعالى: {قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا۴ مِنْ أَبْصَـٰرِهِمْ} وقيل يجوز مرة واحدة إذا لم يكن محل فتنة، وبه قال أبو حنيفة رحمه اللـه ولا يجوز أن يكرر النظر إليها لقولـه تعالى: {إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۵لَـٰۤـِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوڕ} (الإسراء: 36) ولقولـه عليه السلام: «يا علي لا تتبع النظرة النظرة فإن لك الأولى وليست لك الآخرة» وعن جابر قال: «سألت رسول اللـه صلى اللـه عليه وسلّم عن نظر الفجأة فأمرني أن أصرف بصري»
Adapun perkataan Kyai Mushannif atas bolehnya melihat kepada wajah dan telapak tangan perempuan. Ketahuilah bahwa semua itu dengan 3 syarat :
1.      Tidak ada keinginan atau hajat [1]dan tidak ada fitnah
2.      Ada fitnah tapi tidak ada keinginan
3.      Ada fitnah dan ada keinginan
Adapun pembagian pertama maksudnya ialah:
Tidak boleh melihat wajah yang bukan muhrim dengan sengaja karena tidak ada keinginan, jika tiba-tiba melihatnya atau tidak sengaja maka pejamkan atau palingkan penglihatannya. Karena Allah berfirman “قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّو مِنْ أَبْصَـٰرِهِمْ”.
Ada yang mengatakan bahwa boleh melihatnya boleh pada saat pertama saja jika tidak menimbulkan fitnah. Imam abu hanifah berkata : melihat wanita dengan mengulang-ngulang hukumya tidak boleh




والصح أن الذمية لا يجوز لها النظر إلى بدن المسلمة لأنها أجنبية في الدين والله تعالى يقول {أو نسائهن} أما عورة المرأة مع الرجل فإن كانت أجنبية حرة فجيمع بدنها عورة لا يجوز له أن ينظر إلى شيء منها إلا الوجه والكفين لأنها تحتاج إلى إبراز الوجه للبيع والشراء وإلى إخراج الكف للأخذ والإعطاء.
Adapun pendapat yang sah bahwasanya kafir dzimmi tidak boleh melihat tubuh muslimah yang lain karena dia beda dalam hal agama. Allah Subhanahuu wata’alaa berfirman (أو نسائهن).
Adapun auratnya perempuan ketika bersama dengan laki-laki yang bukan muhrimnya ialah seluruh tubuhnya, maka laki-laki itu tidak boleh melihat sesuatupun dari perempuan kecuali wajah dan kedua telapak tangan karena dia (perempuan) menampakkan wajah untuk jual beli dan mengeluarkan tangan untuk mengambil dan memberi.
(lihat tafsir (تفسير غرائب القرآن tafsir gharaaibulqur’an) dalam tafsir surat annur. Hal.179. karangan : أبو الحسن الواحدي النيسابوري abu al-hasan al-naysabury)penerbit : daarul kutub al-ilmiyah. Tahun terbit  : 1996
قال الفقهاء: العورات على أربعة أقسام: عورة الرجل مع الرجل, وعورة المرأة مع المرأة, وعورة المرأة مع الرجل, وبالعكس.
أما الرجل مع الرجل فيجوز أن ينظر غلى جميع بدنه إلا إلى عورته, وعورته ما بين السرة والركبة, والسرة والركبة ليستا بعورة.
وعند أبي حنيفة: الركبة عورة.
Para fuqaha’ berkata : aurat terbagi menjadi empat :
  1. Aurat laki-laki bersama laki-laki lain
  2. Aurat perempuan bersama perempuan lain
  3. Aurat perempuan bersama laki-laki
  4. Aurat laki-bersama perempuan
(ibid, hal. 178)
adapun laki-laki bersama laki-lai lain boleh melihat seluruh anggota tubuhnya kecuali pada auratnya yaitu antara pusar dan lutut, adapun pusar dan lutut bukan aurat. Akan tetapi menurut imam Abu Hanifah : Lutut adalah aurat.

قال مالك: الفخذ ليست بعورة وهو خلاف ما روي أنه صلى الله عليه وسلم قال لعلي: "لا تبرز فخذك ولا تنظر إلى فخذ حي وميت."فإن كان في نظره إلى وجه الرجل أو سائر بدنه شهوة أو خوف فتنة بأن كان أمرد لا يحل النظر إليه
Imam malik berkata : Paha bukan merupakan aurat, akan tetapi itu bertentangan dengan hadits nabi : “jangan tampakkan pahamu, dan jangan melihat pahanya orang hidup dan pahanya orang yang sudah mati”, jika melihat wajah laki-laki lain atau sebagian anggota tubuhnya dengan penuh syahwat, atau takut menimbulkan fitnah, maka melihatnya tidak boleh dengan syarat laki-laki yang dilihat atau yang melihat adalah “أمرد” atau anak muda yang belum tumbuh  jenggotnya........



[1] (kamus bhs.arab versi:2.0)

Comment Facebook Via Blogger